Tak sedikit
saudara-saudara kita yang memiliki kemampuan finansial yang sangat terbatas,
bahkan hingga akhir hayatnya. Kenapa mereka ini, apakah mereka bodoh?…. Tidak
berpendidikan tinggi?… Jawabannya bukan sesederhana itu, dan itu bukan ukuran
mutlak bagi orang untuk bisa kaya. Pengangguran intelektual adalah istilah
satir yang biasa ditujukan kepada orang yang berpendidikan tinggi namun ilmu
yang mereka dapatkan tidak dapat mereka gunakan untuk tujuan kesejahteraanya;
apakah mereka “bodoh?” . Tentu tidak kan?…
Sementara
itu banyak Orang yang hanya tamatan sekolah dasar biasanya dianggap kurang
intelek – bahkan banyak juga yang tak tamat – tapi nyatanya, mereka bisa
menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Jadi apakah alasan dibalik ini
sebenarnya?…
Pada sisi lain, harga tanah dan rumah kian melesat. Tanpa pertumbuhan rezeki
yang signifikan, banyak pasangan muda yang tidak akan sanggup beli rumah, dan
terkena sindrom MTMM + SM = mangan turu melu morotuo, sampe mati.
Ini alasan besar, kenapa orang stagnan, tidak pernah kaya seumur
hidupnya – Sebagai bahan kajian untuk intropeksi diri
Alasan pertama : Pesimis
Pesimis
adalah masalah mindset atau kepercayaan diri yang tinggalnya dialam bawah sadar
seseorang. Seringkali orang dengan tanpa ia sadari memiliki kilatan pesimisme
di dalam hatinya.
“Mana
mungkin saya bisa menjadi pengusaha… Jangankan modal, biaya untuk menutupi
kehidupan sehari-haripun rasanya begitu berat”., “Saya tidak ada bakat untuk
jadi orang kaya..”. atau “Jangan-jangan rumahpun saya nanti gak bisa beli”.
Pertanyaan-pertanyaan
pada diri secara negatif(Self
talk negatif) seperti diatas mungkin terkadang melintas dalam
hati. Nah, inilah serangkaian sugesti negatif yang sering membentuk
bayang-bayang pesimisme dalam jiwa.
Dan
tahukah anda bahwa; Energi negatif seperti itu akan diserap oleh Alam, dan
kemudian dikembalikan lagi kepada diri Anda untuk menjadi KENYATAAN.
Maka
disini berlaku prinsip Law Of Attraction “what
you think is what you get.”
Self
talk negatif yang Anda pikirkan akan berkembang, dan suatu saat benar-benar
bisa menjadi fakta!
Alasan ke 2 :Semangat belajar yang buruk
Memang
perjalanan untuk mengubah nasib itu panjang, dan benar-benar tak mudah
dijalani. Sungguh melelahkan, sehingga membutuhkan street smart atau kecerdasan
jalanan yang luarbiasa. Dan karena itu, learning spirit mesti terus dikibarkan.
Tapi
sayangnya banyak orang yang tidak memiliki “panjang akal”. Banyak sekali orang
yang tidak punya kemandirian untuk belajar dan mencari solusinya hingga tuntas,
manja, terus bertanya, serta malas mencari solusi secara mandiri. Dalam
fikirannya maunya terus dibimbing seperti anak masih SD. Samasekali tidak
memiliki inisiatif untuk belajar secara mandiri, kemudian menemukan solusi yang
aplikabel.
Perjalanan
mengubah nasib dan tingkat kesejahteraan ekonomi pasti akan nyungsep pada saat
semangat belajar sendiri dan kemampuan mandiri itu lenyap dari diri kita.
Alasan ke 3 : Suka bertanya tanpa usaha – Bahasa kerennya,
“Talk Only, no Action”
Ini
adalah tipe orang yang suka banyak omong, sok pinter, namun tidak pernah
menjalankannya. Lha kapan mau makmur, kalau kerjanya cuma omong doang nggak
pernah action.
Contoh
tipe ini adalah setiap kali ketemu, bicaranya panjang lebar tentang sebuah
rencana, akan melakukan ini itu, dan lain-lain berpanjang-panjangan. Dan ketika
ketemu bulan berikutnya, dia masih ngomong hal yang sama. Tapi hampir semua
rencananya itu belum ada yang dijalankan.
Namun
ada juga orang yang memang ingin berubah. Semua rencananya disimpan dalam hati,
lebih baik karena tak banyak omong. Tapi apa yang dipendam dalam hati itu
terus saja dipendam sampai rambutnya ubanan. Pada akhirnya, tanpa action juga.
Kenapa
mereka demikian?. Mungkin karena dia malas, atau tipe yang suka menunda-nunda.
Tunda terus saja sampai sampeyan pensiun mas. Baru setelah pensiun kaget, lho
kok tabunganku tak cukup untuk sisa hidup?… hmmm kapokmu kapan le…
Alasan ke 4 : Kurang gigih
Okelah,
mungkin akhirnya dia sudah mau berjalan, dan take action juga. Sayangnya, dia
kurang gigih, istilahnya Low
level of resiliency. Begitu dia menghadapi sebuah problem, dia
langsung menyerah. Langsung balik kanan bubar jalan grak!!!
Padahal
sudah banyak sekali studi tentang perubahan nasib manusia yang menemukan :
elemen paling kunci dalam perjuangan mengubah tingkat penghasilan itu adalah
resiliensi, daya juang, keuletan dan kegigihan.
Sebab
cerita kesuksesan itu sering ditentukan oleh sejauh mana orang bisa terus
berjalan saat cobaan demi cobaan terus datang menghadang. Saat Anda bisa bangun
9 kali, ketika Anda menemui kegagalan 8 kali.
Alasan ke 5 : PELIT
Alasan
yang kelima dan terakhir ini sederhana, berurusan dengan dimensi
spiritualitas. Dan layak kita sebut karena bersifat anti-tesa dengan ajaran
klasik yang bunyinya seperti ini : The
more you give, the more you get. Semakin banyak Anda memberi, maka
Anda justu akan semakin kaya.
Jalan
keberkahan akan terus terbuka saat kita tekun memberikan sedekah senyuman,
sedekah ilmu, sedekah materi, atau sedekah kebaikan yang terus mengalir.
Pada
Saat kita punya keikhlasan untuk berbagi kebaikan, mungkin pintu rezeki akan
selalu datang dari arah yang tak pernah Anda duga.
Itulah
5 alasan bagi banyak orang, kenapa mereka stagnan sampai tua bahkan hingga
akhir hayatnyasumber : Riyani Djangkaru – Kaskus, tipscaraterbaik.com