Kepulaganku ke jakarta dari Pulau Batam kali ini seperti biasa dipenuhi cerita sosial masyarakat disekelilingku. Di awali mulai dari bertemu kembali dgn bapak disebelahku yg ternyata adalah orang dibelakangku sewaktu beli tiket pelni di sekupang batam. Sejak pertama bapak itu mondar mandir membawa mie cup nya. Aku pikir dia sedang kelaparan dan ingin menyeduh mie nya dengan air panas tapi tidak bisa karena pintu menuju ke pengamblan air panas tertutup hingga pemeriksaan ticket selesai. Aku coba ngobrol2 dengan bapak itu, ternyata dia ke batam untuk cari kerja. Dulu dia adalah supir sewaktu mudanya. namun sekarang perusahaan tidak ada yg menerimanya lagi, mereka kasihan katanya dan tidak tega mempekerjakan bapak itu. usianya sudah 72. Pas aku tawarkan mantaran makan ke Crew kapal, dan sebotol aqua, bapak itu menolak.
Ada juga 3 orang yg diantar para calo tiket ke cabin yg tepat didepan kami. Salah satunya digendong karena sakit malaria sudah 6. Tubuhna kurus sehingga tidak bisa berjalan. Namun mereka salah duga, sekitar 10 menit kemudia. Ada segwrombolan pemuda pemilik cabin itu datang. Lalu sekarang mereka sedang mencari cara untuk mendapatkan tempat tidur.
Ada juga seramg pemuda yg punya tempat paling ujung terluat dihadapan kami sangat mudah bergaul dengan orang disekitarnya. Tapi karena dia terlalu mendominasi pembicaraan maka terlihat seperti banyak omong. Dan kemudian yang kuperhatikan dia lebih banyak bicara tentang agama muslim, tepatnya tentang kehebatannya dalam agama. Aku tak menyangkal tapi aku hanya sekali mendengarnya mengucapkan ayat Alquran dalam bahasa arab. Kemungkinan memang banyak omong.
Lalu pas menunggu tangga di buka saat kapal proses bersandar, kebetulan ada sepasang bule didekat ku. Ada seorang bapak yg mengajaknya ngobrol yg ternyata english nya lumayan. Tapi yang kusesalkan dari pembicaraannya dia meminta maaf atas kebiasaan orang-orang dikapal yang mungkin ridak disukainya, termasuk makanan di kapal. Itu sangat tidak perlu menurutku, seharusna dia tidak berbicara maaf atas namanya. Karena itu adalah rung publik dan memang kebiasaan kita begitu. Sangat tidak bijak. Lalu setelah ngobrol, orang asing itu ternyata melakukan perjalanan panjang dari mulai eropa, china, lalu masuk ke asia tenggara hingga sampai batam via singapore lalu ke jakarta naik pelni, hingga bali, lalu terbang ke thailand. Aku menuliskan "gambir station" di kertas coretannya, setelah dia bertanya bagaimana menuju yogjakarta melalui kereta api. Dan ternyata orang indonesia disenelahku yg kulitnya hitam seperti dari papua, sangat fasih berbahasa inggris. Dan thanks, dia membantu turis itu hingga sampai masuk ke taxi yang mereka inginkan.
Sepanjang jalan menuju pintu keluar banyak ojek menggodaku agar menggunakan jasa ojek mereka, karna aku sudah tak asing lagi dengan suasana jakarta amu menolak ya dengan halus. Pas melewati pintu keluar, ada yang memanggilku, ternyata teman-teman di sekitar kabinku 42351 tadi sewaktu di kapal. Mereka setengah berteriak menanyakan terminal, aku langsung mengerti dan melambaikan tangan memanggil mereka sambil berkata agar ikut denganku karena terminal sangat dekat dan tak usah naik ojek.
Begitulah pengalaman naik kapal penumpang Pelni hari ini dari pulau Batam menuju Jakarta yang ditempuh dalam waktu 16 jam.
Para penumpang berdesakan hendak masuk kapal
Pemandangan dari atas kapal ke arah laut, terlihat kota di punghir pulau dan beberapa kapal sedang lepas jangkar.
Pipo-x
10-10-13