-----------------------------------------------------------
Tidak ada basa-basi. Seperti
namanya, Napatar, yang berarti tidak ada yang disembunyikan. Terpancar
bahwa dialah tempat keluarga mempertahankan wibawa dalam terang. Kesan
pertama ketika bertemu dengan cucu Sisingamangaraja XII, kelahiran
Siborongborong 13 Mei 1941, ini adalah hangatnya persahabatan. Sorot
matanya tenang, tak ada kesan kuasa, apalagi kesaktian di sana. Namun,
suami dari boru Pakpahan dan ayah tiga orang anak ini, bisa serius kalau
diajak berbincang. Di bawah ini petikan wawancara Hotman Jonathan Lumbangaol, Jeffar Lumban Gaol, dan Chris Poerba dengan Raja Martahan di Napatar dalam bahasa Batak.
Apa yang paling mengesankan yang pernah Amang alami sebagai cucu Raja Sisingamangaraja XII?
Ketika di Bandung, semasa kuliah
tahun 1960-an. Pada waktu itu akan diadakan pertunjukan sandiwara
tentang Sisingamangara XII. Saya ditunjuk memerankan Sisingamangaraja.
Tidak ada yang mengetahui saya adalah cucunya. Lalu, saat pergelaran
berlangsung, ada undangan yang datang dari Jakarta melihat saya. “Kalian
tahu siapa yang memerankan Sisingamangaraja itu?” salah seorang dari
undangan itu bertanya kepada sutradara. Sutradaranya orang Jawa, tidak
mengenal saya.
Sutradara
dan mereka yang terlibat dalam pertunjukan jadi heran. “Pantas dia
sangat tahu sejarahnya,” kata mereka. Mengapa saya tidak memperkenalkan
diri sebagai cucu Sisingamangaraja? Karena yang saya inginkan yang
dikenal penonton adalah Sisingamaraja dan bukan saya. Kejadian itu
sangat mengesankan bagi saya.
Sebelum
pementasan tersebut, ada seorang pelukis yang melukis Sisingamangaraja
di panggung. Lukisannya persis. Sampai sekarang saya tidak tahu di mana
lukisan itu. Yang saya ingat, waktu itu seorang pejabat tentara orang
Batak yang menyimpannya. Sebelum melukis, pelukis tersebut mewawancarai
saya seperti apa Sisingamangara itu. Pertunjukan tersebut diadakan di
Gedung Nusantara Bandung. Begitulah penghargaan teman-teman saya yang
bukan Batak terhadap Sisingamangaraja. Namun, di Bandung tidak ada Jalan
Sisingamangaraja, hanya di Yogya yang ada (tertawa).
Sebagai keturunan Raja Sisingamangaraja apakah Amang pernah mengalami hal-hal yang gaib?
Saya kira tidak pernah. Hanya Raja
Sisingamangarja yang memiliki kekuatan gaib, bukan keturunaannya. Namun,
jika pun ada, hanya orang lainlah yang bisa melihat itu, bukan saya.
Mengapa tulang-belulang
Sisingamaraja XII dipindahkan dari Pearaja (Tarutung) ke Soposurung
(Balige)? Mengapa tidak ke Bakkara sebagai pusat dinasti
Sisingamangaraja?
Sebenarnya yang membuat itu adalah
Soekarno. Tahun 1953, Soekarno datang ke Balige dengan naik helikopter.
Dia berpidato di lapangan yang sekarang disebut Stadion Balige. Dalam
pidatonya ia mangatakan bahwa “Balige ini bagi saya sangat mengesankan.
Pertama, karena ia sangat indah. Kedua, di Balige inilah untuk pertama
kali orang Batak mencetuskan perang melawan Belanda (Perang Pulas).”
Setelah
itu, masih di atas podium Soekarno menanyakan di mana kuburan
Sisingamangaraja XII. Ada yang menjawab di Tarutung. Soekarno bertanya
lagi, kenapa tidak dipindahkan ke Balige? Karena dari sinilah perang
Batak yang terkenal itu dimulai. Itu kata Soekarno. Sejak itu muncul
diskusi di kalangan para tokoh Batak. Raja Sabidan setuju. Dia adalah
salah seorang anak Sisingamangaraja XII, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala BRI Sumatera Utara.
Kuburuan
di Tarutung di mana Sisingamangaraja dimakamkan adalah makam untuk para
tawanan. Soekarno meminta, sebagai pahlawan, Sisingamangara seharusnya
dimakamkan di taman makam pahlawan.
Umur berapa Anda waktu prosesi pemindahan tulang-belulang itu?
Saya masih ingat, ketika itu saya berumur sekitar 12 tahun. Sejak dari Tarutung rombongan pembawa tulang-belulang itu dikawal haba-haba
(angin puting- beliung). Sementara rombongan hampir tiba di Balige,
angin puting-beliung itu seperti pengawal, berjalan mendahului prosesi
yang membawa tulang-belulang sang raja. Angin menyapu bersih semua
kotoran yang ada di jalan dan di sekitar makam. Haba-haba
itulah yang menunjukkan tempat yang menjadi makam Sisingamangaraja. Ini
fakta, karena saya melihat sendiri kejadian itu. Tidak banyak orang tahu
tentang hal itu.
Apakah Soekarno datang menghadiri prosesi?
Oh nggak. Waktu itu dia hanya
mengirim telegram, mengucapkan selamat. Waktu itu kami hanya empat
orang, cucu laki-laki dari Sisingamangaraja XII, saya dan dua adik saya,
ditambah Raja Patuan Sori, ayah dari Raja Tonggo. Ketika prosesi itu
berlangsung, hanya ayah saya, Raja Barita, yang masih hidup sebagai anak
Sisingamangaraja XII.
Bisa dijelaskan keadaan keluarga SisingamangarajaXII?
Istri Sisingamangaraja XII ada
lima; boru Simanjuntak, boru Situmorang, boru Sagala, boru Nadeak, boru
Siregar. Boru Siregar sebenarnya adalah istri dari abangnya, Raja
Parlopuk. Dia menikahi boru Siregar setelah Raja Parlopuk meninggal.
Keturunannya yang sekarang ini hanya berasal dari dua anak, Raja Buntal
dan Raja Barita. Anak laki-laki Sisingamangaraja yang punya keturunan
adalah Patuan Anggi, Raja Buntal dan Raja Barita. Ayah saya adalah Raja
Barita. Anak Patuan Anggi adalah Pulo Batu. Sebagai pahoppu panggoaran maka
Sisingamangaraja XII bernama Ompu Pulo Batu. Pulo Batu meninggal saat
berumur tiga tahun. Dia jatuh ke jurang bersama pengasuhnya. Kecelakaan
itu terjadi saat rombongan Sisingamangaraja tercerai-berai di
pengungsian.
Beberapa
kali ada orang datang kepada saya, mengaku-ngaku “Ahu do Pulo Batu”
(Sayalah si Pulo Batu). Tetapi, ah, tidak masuk akal. Masih muda
mengaku-ngaku Pulo Batu. Kalaulah benar, dia seharusnya sudah lebih tua
dari saya. Jadi saya tidak percaya. Cucu Sisingamangara XII yang masih hidup saat ini hanya lima. Sayalah yang paling tua.
Saat ini berapa keturunan Sisingamangaraja XII?
Cucu dan cicitnya yang laki-laki 14
orang. Jika digabungkan dengan keturunan putri Sisingamangaraja, dan
berenya langsung tidak sampai seratus orang. Sekarang saya sudah buat silsilah Sisingamaraja XII, karena selama ini banyak yang mengaku-ngaku sebagai keturunannya.
Mengapa Sisingamanagara XII sampai tertangkap?
Menurut cerita, Sisingamangaraja
tertangkap karena ada tiga orang yang berkhianat. Ada tiga orang yang
setia pada Sisingamangaraja tertangkap oleh Belanda. Mereka disiksa,
dipaksa untuk menunjukkan tempat persembunyian Sisingamangaraja. Tak
tahan siksaan, dengan tubuh ditanam ke dalam tanah, cuma kepala yang
tinggal, mereka menyerah dan menunjukkan di mana Sisingamangaraja
berada.Tanpa pengkhiatan tersebut, Belanda takkan tahu di mana
Sisingamangaraja berada.
Siapa pengikut setia Sisingamangaraja XII?
Di Samosir ada Ompu Babiat
Situmorang. Dia dan pasukannya dengan teguh melawan Belanda. Kalau
mereka bertemu Belanda akan mereka bunuh. Kulitnya dijadikan tagading (kulit gendang). Tagading
seperti itu sampai sekarang ini masih ada di Ariamboho. Jadi merekalah
panglima pasukan Sisingamangaraja XII yang setia dalam melawan Belanda.
Di Hutapaung ada Barita Mopul.
Dari mana Sisingamangaraja membiayai pasukaannya?
Katanya, di daerah Dolok Pinapan, antara Parlilitan dan Pakkat, ada tambang emas. Dia tidak memungut pajak.
Tolong ceritakan tentang Si Boru Lopian?
Lopian itu tomboy. Tetapi, dia
adalah putri kesayangan Sisingamangaraja XII. Karena itu pula, dia ikut
berperang bersama ayahnya. Dulu, beberapa kali roh si Lopian merasuk ke
dalam diri orang tertentu, orang itu trance, kesurupan. Sejak kami memindahkan saring-saring (tulang belulang) Sisingamangaraja XII ke Soposurung, Balige. Suara orang kesurupan itu berkata, “Pasombuon muna do holan ahu di tombak i,” katanya, yang berarti ”Tegakah kalian membiarkan aku sendiri di hutan itu.”
Pertanyaan yang menyetuh perasaan itu ada hubungannya dengan kenyataan
bahwa semua keturunanan Sisingamangaraja XII yang meninggal di
pembuangan baik di Kudus, di Bogor, sudah kami satukan di makam
keluarga, persis di belakang Tugu Sisingamangaraja XII di Balige. Oleh
karena itu, kami pergi ke Dairi, ke Sindias, untuk mengambil
tulang-belulang Lopian.
Tetapi,
’kan sudah tidak mungkin lagi diambil! Karena, konon, dia juga
ditenggelamkan oleh musuh ke dalam sugai Sibulbulon dan ditimbun dengan
tanah. Kami hanya mengambil secara simbolis, hanya segumpal tanah untuk
dibawa ke Soposurung. Sejak itu tidak pernah lagi ada orang trance, kemasukan roh boru Lopian.
Saat pengambilan, kami juga mendapat ancaman dari bupati dan masyarakat setempat. Mereka tidak mau kuburuan Lopian dipindahkan. “Sampe adong do istilah tikkini si harungguan ikkon seketton nami angka namancoba mambuat i.
([Kalau di masa penjajahan] kami akan potong jika ada orang yang
mencoba mengambil kuburan Lopian).” Setelah kita berikan pengertian,
mereka minta kami untuk mangulosi mereka. Ada 43 marga yang harus
diulosi. Sebenarnya, mereka mau meminta agar perjuangan Sisingamangaraja
XII di Dairi tidak boleh dilupakan. Saya jawab, bukan kami yang
menentukan. Tetapi, keluarga tidak keberatan kalau ada masyarakat yang
meminta agar Lopian tetap di Dairi. Waktu rombongan yang membawa
sejemput tanah dari Dairi ke Balige, aparat di Dolok Sanggul menghadang.
Mereka tidak mau Lopian dibawa ke Balige. Namun, karena mobil yang
digunakan mengangkut sejemput tanah tadi berbeda dengan mobil yang
ditumpangi keluarga, maka loloslah mobil yang membawa sejemput tanah
tadi.
Adakah pustaka yang diwariskan dinasti Sisingamangaraja?
Ada. Hanya sekarang berada di
perpustakaan Belanda. Sisingamagaraja XI-lah yang menulis pustaha
kerajaan, setebal 24 jilid. Semuanya dibawa Belanda. Keluarga pernah
meminta ke 24 jilid buku itu, tetapi menurut mereka, syaratnya harus ada
fasilitas gedung yang ber-AC. Karena belum ada kemampuan keluarga, maka
rencana itu terkatung-katung.
Mengapa jabatan Sisingamaraja XII tidak diwariskan ke Sisingamaraja XIII?
Sebenarnya karena tidak ada yang
meminta. Sebab jabatan Sisingamangaraja itu ditentukan oleh enam marga
seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Biasanya dilakukan di Onan
Bale, di Bakara. Pengangkatan Sisingamangaraja dilaksanakann kalau ada
masalah genting; ada penyakit atau musim kemarau panjang.
Bagaimana dengan pendapat
bahwa dinasti Sisingamangara tidak hanya berasal dari satu marga? Ada
yang mengatakan Sisingamangara itu hanya roh, bisa datang kepada siapa
saja?
Bisa jadi. Hanya yang dari satu
sampai keduabelas jelas semuanya dari marga Sinambela. Memang, sejak
semula kelahiran Sisingamaraja I adalah hasil pernikahan Bona Ni Onan
dengan boru Pasaribu. Tetapi, kalau tidak Sinambela, saya kira dia harus
dari keturunan Sisingamangaraja.
Apakah benar keluarga Sisingamangaraja dipaksa memeluk agama Kristen?
Tahun 1907 semua keturunan
Sisingamaraja XII ditawan di Pearaja, Tarutung. Lalu, ada marga Tobing
mengajari mereka untuk belajar agama Kristen. Setelah itu mereka
dibabtis. Raja Buntal, Pangkilim, Raja Barita dan yang lain setelah
besar, disekolahkan ke tanah Jawa. Sebenarnya mereka dibuang. Taktik
Belanda untuk menghindari pengaruh anak-anaknya terhadap masyarakat.
Jadi dua orang di Batavia, satu di Jatinegara, satu lagi di daerah
Glodok. Lalu di Bogor. Yang di Kudus meninggal di sana, yang satu lagi
wafat di Bandung.
Raja
Buntal ketika itu lulus dari sekolah hukum. Setelah tamat, mereka
kembali ke Tapanuli. Raja Sabidan di angkat menjadi kepala Bank di
Padang Sidempuan. Sementara Raja Buntal ditempatkan sebagai wakil
keresidenan Tapanuli mewakili Belanda di Daerah Toba. Sementara Ayah
saya (Raja Barita) ditempatkan sebagai camat di Teluk Dalam, Nias.
Sepulang dari Teluk Dalam, Ayah saya menikah dan ditempatkan di
Tarutung. Perkawinannya di Porsea dibiayai oleh
Belanda. Pernikahan Raja Buntal juga dibiaya dan dikontrol oleh Belanda.
Undangan dan tata cara pernikahan harus dengan persetujuan Belanda.
Siapa Raja Tobing yang mengajari keluarga agama Kristen?
Raja Henokh Tobing. Sebagai tanda
terima kasih dari Ompung boru Sagala atas kebaikan Raja Henokh Tobing
itu, diberikanlah putrinya, Sunting Mariam, menikah dengan putranya.
Apakah Henokh Tobing keturunan Raja Pontas?
Bukan. Raja Pontas Tobing adalah orang yang memberikan tanah yang digunakan sebagai tahanan keluarga di Pearaja,Tarutung.
Raja
Pontas Tobing dianggap menghianati Sisingamagaraja XII dan bersekongkol
dengan Belanda. Satu waktu, Raja Pontas memanggil Sisingamangara XII
untuk mendamaikan Raja Pontas dengan saudaranya. Begitu Sisingamangaraja
muncul, maka yang datang ternyata Belanda.
Sebenarnya,
bukan masalah misi zending, tetapi karena ia menjadi mata-mata Belanda.
Dengan Raja Pontas Tobing-lah Sisingamangaraja XII bermasalah.
Sekarang, keturunan dari Raja Pontas ini meminta tanah tadi kembali
melalui gugatan. (Lokasinya bersebelah dengan Pusat HKBP, di Tarutung).
Saya bilang, itu tanah sudah diberikan Belanda kepada keluarga, dan kami
yang mengelola. Pemerintah memutusakan bahwa yang menempatilah yang memiliki hak kepemilikan atas tanah itu. Maka itu hak kami.
Sejak kapan Sisingamangaraja melakukan perang terhadap Belanda?
Setelah Belanda menjadikan Tarutung
sebagai daerah jajahan tahun 1876. Setahun kemudian, berlangsung rapat
raksasa di Balige, di mana Sisingamangara XII dan raja-raja di Balige,
mengumumkan pulas (maklumat perang) menentang Belanda. Semua
raja-raja Toba berkumpul. Keputusan rapat tersebut ada tiga.
Pertama,perang terhadap Belanda. Kedua, tidak menolak zending. Ketiga,
membuka hubungan diplomatik dengan suku bangsa yang lain. Ketika itu
Barita Mopul dan Raja Babiat ikut dalam rapat itu.
Dari
sanalah perang terhadap Belanda dimulai. Dimulai di Bahal Batu, di
Humbang, di Lintong Nihuta. Dilanjutkan Tangga Batu, Balige. Dalam
pertempuran pertama Sisingamangara XII masih bisa menahan gerak maju
pasukan Belanda. Lalu perang di Balige Sisingamaraja mundur, dan
mengubah taktik menjadi perang gerilya. Tahun 1883 hampir seluruh daerah
Toba dikuasai Belanda. Menyingkirkanlah Sisingamaraja ke wilayah Dairi.
Tempat-tempat kramat Sisingamagaraja masihkah dilestarikan?
Hariara parjuaratan (sejenis
beringin), pohon di mana Sisingamangara I dulu bergantungan, masih ada.
Di bawahnya itu ada kompleks kerajaan Sisingamangaraja. Di bawahnya
lagi ada Batu Siukkap-Ukkapon, sebuah lubang yang dalam yang ditutup
dengan batu, di mana Sisingamangaraja selalu mengucurkan darah binatang
persembahan. Karena dia berpantang makan darah.
Jepang
pernah mencoba menyelidiki dan mengukur kedalaman lubang itu. Dua gulung
tali diulurkan, tapi tidak menyentuh dasar lubang. Sementara tombak
(hutan) Sulusulu berada di lokasi perkampungan marga Marbun. Saat ini,
di sana sudah ada penandanya. Hutan ini adalah tempat pertama kali Boru
Pasaribu, ibunda Sisingamangaraja I, mendapat wangsit bahwa dia akan
memperoleh anak yang di kemudian hari akan menjadi raja. Di situlah dia
sering marpangir (keramas), menyisir rambutnya dengan menggunakan jeruk purut. Boru Pasaribu acapkali berjemur dan bersemedi di atas batu.
Lalu
dekat pantai Danau Toba ada Aek Sipangolu (air kehidupan). Di dekatnya
terhampar Batu Hudulhundulan, tempat istirahat Raja Sisingamangaraja.
Tak jauh dari situ ada hariara na marmutiha
(beringin). Katanya, kalau cabangnya patah menandakan Sisingamangaraja
yang telah digantikan wafat. Kalau ratinganya yang patah, berarti ada
keturunannya yang meninggal. Kalau ada dari keluarga raja ini berpesta,
maka daun-daunya akan ikut menari-nari. Makam Sisingamaraja XI ada di
Bakara.
Apa arti lambang di bendera Sisingamangaraja itu?
Kalau yang putih menggambarkan partondi hamalimon, tentang agama. Yang merah parsinabul dihabonaran, artinya menjungjung tinggi kebenaran. Yang bulat menggambarkan mataniari sidompakon, artinya
matahari tidak bisa ditantang, mengambarkan kekuasaan Sisingamangaraja.
Sementara delapan sudut melambangkan delapan penjuru angin. Pisau
kembar mengambarkan keadilan sosial. Capnya menggunakan aksara Batak dan
Arab, terbaca ”Ahu Sahap Ni Omputta Sisingamangaraja Mian di Bakkara”
(Saya adalah cap raja kita Sisingamangaraja yang bermukim di Bakkara).
Piso Gajah Dompak, di mana dia sekarang?
Di Museum Nasional. Tahun lalu,
saya ke sana melihat Piso Gajah Dompak itu. Dulu, sebelum diberikan
kepada negara, Gajah Dompak disimpan oleh Sunting Mariam, putri
Sisingamangaraja XII. Saya ingat cerita namboru Sunting Mariam, di
pangkal pisau itu ada delima merah merah, dan itu juga saya buktikan di
museum.
Ada foto asli Sisingamangaraja XII?
Tidak ada foto aslinya. Waktu Sisingamangaraja
tertembak bersama kedua anaknya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi, Belanda
membawa jenazah mereka melalui Salak, Sionomhudon, Parbuluan, Paropo,
Panguruan, Balige sampai ke Tarutung. Di Balige, sebelum sampai ke
Tarutung, penutup jenazah dibuka, kondisinya sudah bengkak. Jenazah
dipotret, tetapi tidak berhasil, hangus. Yang ada foto Sisingamangaraja XI, ayah Sisisingamangaraja XII.
Tidak inginkah keluarga, pemugaran di Bakkara itu biayanya dari pampasan perang/Belanda?
Soal pampasan perang sudah
diserahkan kepada pemerintah pusat. Semua dana pampasan sudah diserahkan
kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik. Tetapi, dana tersebut
tidak ada yang disediakan khusus untuk pemugaran Bakkara. Kalau keluarga
ingin mengajukan tuntutan pampasan perang secara langsung kepada
Belanda, harus melalui persetujuan pemerintah.***
sumber : blog hojotmarluga
sumber : blog hojotmarluga