Prolog: Ada yang mengatakan bahwa Olo yang terkenal di Medan itu adalah Tionghoa Pribumi yang membeli marga Panggabean... Benar atau tidak.. paling tidak Pamor Olo di Medan setara dengan Gubernur Sumut.
Sekelumit tentang Olo Panggabean
Si Pak Katua, Keberadaannya Terasa tapi Tak TerabaOlo Panggabean, pendiri Ikatan Pemuda Karya (IPK), sering dianggap sebagai penguasa judi di Medan. Siapa sebenarnya sosok Olo yang kadang terkesan dermawan - mendanai operasi kembar siam Anggi-Anjeli - dan dekat dengan para pejabat ini? Laporan ROBBY EFFENDI, Medan
Terasa, tapi tidak teraba. Itulah kesan wartawan mengenai keberadaan sosok Olo Panggabean yang dulu dikenal sebagai ‘'raja judi" di Medan. Namanya begitu terkenal, tapi sosoknya begitu misterius. Tokoh yang disegani di kalangan ‘'jagoan'' Medan ini mempunyai pengawalan berlapis. Hanya orang-orang tertentu yang tahu keberadaannya, apakah di Medan atau di suatu tempat.
Maka, sangat mengejutkan ketika Senin lalu Olo muncul untuk menyambut kedatangan bayi kembar siam Angi-Anjeli yang baru sukses menjalani operasi pemisahan di Singapura. Padahal, beberapa hari sebelumnya, tersiar kabar dia berada di Yerusalem. Beberapa wartawan yang ingin mewawancarainya terkait dengan langkah Kapolri Sutanto memberantas judi juga mendapat kabar bahwa Olo sedang berada di Singapura.
Pemunculannya di Bandara Polonia Medan, Senin lalu tentu tidak disia-siakan wartawan. Namun, saat akan diwawancarai sejumlah wartawan, para pengawal Olo yang tegap langsung membentuk pagar betis. Wartawan pun meneriakkan beberapa pertanyaan dari jarak yang agak jauh. Namun, Olo tak mau menjawabnya dengan satu kata pun.
Kemarin, kejutan kedua terjadi lagi. Tokoh legendaris itu juga hadir saat pelantikan Wali Kota Medan H Abdillah-Ramli. Dia muncul ketika acara sedang berlangsung. Tiba di tempat acara, Olo langsung duduk di kursi kosong di samping Pangdam I/BB Mayjen Tri Tamtomo.
Pemunculan Olo di depan publik itu sontak mendapat perhatian. Baik dari para undangan maupun wartawan. Tak heran, jika kilatan lampu kamera langsung tak henti-henti mengarah kepadanya. Apalagi dia langsung duduk di barisan Muspida, bersebelahan dengan Pangdam dan Ketua DPRD Sumut Abdul Wahab Dalimunthe. Olo tak lama menghadiri acara pelantikan Abdillah-Ramli itu. Sebab, saat dia tiba, acara memang sudah lama berlangsung. Maka, begitu selesai acara memberikan ucapan selamat kepada wali kota baru, Olo keluar ruang rapat paripurna DPRD Medan dengan pengawalan ketat. Enam pria berbadan tegap yang selalu berada di dekatnya terus menempel ke mana pun tokoh pemuda berumur 61 tahun itu pergi.
Semua yang ketat-ketat itu tak lain karena Olo memang selalu dikaitkan dengan dunia perjudian di Medan.
Dia juga dipanggil sebagai ‘'Pak Katua" karena dialah pendiri dan Ketua Ikatan Pemuda Karya (IPK), organisasi kepemudaan yang dirintisnya sejak 1970-an. Pak Ketua juga disebut-sebut sebagai tokoh di balik beredarnya toto gelap (togel) dan KIM, dua varian kupon judi tebak angka yang beromzet miliaran rupiah sekali putaran.
‘'Memang, semua orang menyebut begitu. Tapi, tak ada satu pun yang bisa membuktikan,'' ujar Ajib Shah, salah seorang tokoh pemuda yang pernah menjabat ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumut, dalam sebuah wawancara dengan koran ini pada akhir pekan lalu. Maksudnya, belum tentu semua yang dikatakan orang itu benar adanya. Sering juga namanya dipakai para pengelola mesin judi ketangkasan sebagai tameng.
Ajib justru memandang positif Olo Panggabean. ‘'Terlepas orang lain mengecap Olo Panggabean seperti apa, saya pribadi memandang dia itu sebagai tokoh yang punya kepedulian sosial yang sangat tinggi. Siapa pun yang butuh bantuan akan dia bantu. Tanpa memandang suku, agama, maupun golongan,'' ungkapnya.
Ucapan Ajib bukan tak berdasar. Hingga sekarang, polisi pun tak bisa berbuat banyak untuk membuktikan bahwa Olo adalah bos judi. Polda Sumut, saat dipimpin Brigjen Pol Drs Sutiyono, bahkan pernah mengeluarkan surat bernomor Pol B/193/I/2000 tertanggal 27 Januari 2000 yang berisi peringatan keras kepada IPK. Lewat surat itu, Sutiyono mengingatkan agar IPK segera menghentikan usaha judinya.
Surat tersebut sebenarnya merupakan balasan surat yang sebelumnya diajukan ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IPK Kota Medan yang saat itu dijabat Moses Bungaran Tambunan. Dalam suratnya tersebut, Bungaran meminta klarifikasi dari Kapoldasu soal peristiwa pemberondongan ‘'Gedung Putih'' -kediaman Olo Panggabean di Jalan Sekip, Medan Barat- oleh puluhan anggota Brigade Mobil. Pemberondongan itu terjadi pada akhir 1999.
Melalui surat balasannya itu, Sutiyono secara fair mengakui bahwa pemberondongan ‘'Gedung Putih'' tersebut merupakan pelanggaran hukum. Namun, melalui surat itu pula, dia berkesempatan mengeluarkan peringatan keras kepada DPD IPK Kota Medan untuk menutup usaha judinya. Selain itu, DPD IPK diingatkan untuk tidak membiarkan anggotanya melakukan praktik-praktik premanisme. Misalnya, mengancam jiwa orang lain atau bertindak kekerasan.
Tapi, sekali lagi, polisi tetap tidak bisa membuktikan bahwa Olo Panggabean dan IPK-nya telah mengelola usaha perjudian. Surat peringatan yang juga ditembuskan ke seluruh organisasi kepemudaan di Sumut tersebut berlalu bagai angin. Tanpa bekas. Sejumlah kalangan menyebut surat peringatan itu hanya sebuah sensasional.
Moses Bungaran kala itu sempat menantang Poldasu untuk membuktikan tuduhannya. ‘'Keterkaitan antara IPK dan perjudian tersebut tidak benar. Kalau dikatakan demikian, apa bisa dibuktikan?'' tegasnya saat itu yang sempat dikutip sebuah harian terbitan Medan.
Nah, pada upaya pemberantasan judi kali ini, aparat Polda Sumut tak lagi menyinggung-nyinggung Olo Panggabean maupun IPK. Bahkan, kantong-kantong IPK yang selama ini diduga sebagai pusat pengelolaan judi tak disentuh sama sekali.
Keberadaan judi di Medan memang mirip ‘'dunia lain''. Bisa dirasakan tapi tidak bisa dilihat. (ade)
No comments:
Post a Comment