Pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi. Dana ajaib kelompok itu diprediksi sekitar Rp17,6 triliun. | (AP)
MOSUL - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) saat ini dianggap sebagai kelompok teroris terkaya di dunia dengan perkiraan dana ajaib-nya, sekitar US$1,5 miliar atau sekitar Rp17,6 triliun.
Dana ajaib, karena didapat hanya dalam waktu sekitar tiga tahun setelah kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu berdiri. Dengan dana sefantastis itu, tidak aneh jika setiap militan ISIS dibekali senapan fenomenal Kalashnikov atau dikenal dengan nama senapan AK-47.
Perkiraan dana ajaib ISIS hingga Rp17,6 triliun dari investigasi Independent. Dana ajaib ISIS itu antara lain berasal dari tebusan para sandera yang diculik, penjarahan bank-bank di Irak, hingga penjualan minyak dalam jumlah besar. (Baca: Algojo ISIS Pemenggal Foley Minta Rp1,5 Triliun)
Al-Qada Kalah Jauh
New York Times pernah melansir laporan investigasi, soal perkiraan dana kelompok al-Qaeda yang didirikan Osaman bin Laden. Hasil investigasiitu menyebut, dana yang diperoleh al-Qaeda hingga US$ 125 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Itu pun data tahun 2008.
Dana al-Qaeda diketahui bersumber dari perdagangan sandera dari Afrika, Timur Tengah hingga Asia. Setengah lebih dari total dana al-Qaeda, diperoleh dari tebusan sandera yang dibayar pemerintah Eropa.
Austria, Prancis, Jerman, Italia dan Swiss kompak menyangkal melakukan pembayaran uang tebusan ke al-Qaeda untuk pembebasan sandera warga masing-masing negara itu. Namun, bantahan itu dimentahkan oleh temuan dokumen seorang wartawan di Mali tahun ini. (Baca: PM Inggris: Jangan Bayar Uang Tebusan ke ISIS!)
Dokumen itu mengungkap, bahwa dalam dekade terakhir nilai rata-rata sandera telah meningkat dari US$200 ribu sampai US$10 juta. Dalam dokumen itu juga terungkap, asal dana tebusan itu berasal dari dana negara masing-masing.
Kembali ke ISIS, dana dari penculikan juga menjadi mesin uang terbesar kelompok itu, selain dari penjualan minyak.
Minyak dan Donatur Asing
Luay al-Khatteeb, pejabat di Keamanan Inisiatif Energi yang dijalankan oleh Brookings Doha Centre, menggambarkan ISIS sebagai "kelompok teroris terkaya di dunia".
Dia berpendapat, kelompok yang kini berganti nama menjadi Negara Islam (IS) itu merupakan kelompok terekstrem. Alasannya, kelompok itu telah menciptakan ekonomi pasar gelap yang canggih di wilayah Suriah dan Irak.
Menurut Independent, Kamis (4/9/2014), donor dari asing senilai beberapa ratus dolar juga mengalir. Metode penggalangannya melalui media sosial. Donaturnya, perorangan asal Kuwait, dan diduga dari Arab Saudi.
Sekarang, ISIS mampu menghasilkan uang dalam jumlah fantastis, karena menguasai 60 persen dari aset minyak Suriah dan tujuh fasilitas produksi minyak di Irak. (Baca juga: ISIS Kuasai Kilang Minyak, Irak Terancam Krisis)
Minyak-minyak itu diperdagangkan dengan jaringan perantara dan geng-geng kriminal. Setiap harinya, dihasilan US$2 juta. Setiap hari pula, kelompok ini menjual sekitar 30 ribu barel ke negara-negara tetangga termasuk Yordania, Kurdistan dan Turki—tentunya melalui perantara ilegal.
Minyak juga menjadi komoditas utama kelompok ISIS dalam menghasilkan uang, karena nyaris setiap industri di negara-negara Timur Tengah mengandalkan minyak.
Rampok Bank
Sedangkan dana dari hasil merampok atau menjarah bank-bank di Mosul, setelah mereka menguasai kota di Irak utara tersebut juga tak bisa diremehkan.
Bank sentral di Mosul, pernah melaporkan bahwa dana lebih dari US$400 juta dibawa kabur kelompok itu, meskipun para pejabat Irak sempat meragukannya.
Sumber dana ajaib ISIS lainnya berasal dari pemanfaatan barang-barang antik di situs-situs kuno di Irak dan Suriah. Seorang pakar intelijen baru-baru ini mengklaim bahwa mereka telah mengumpulkan US$36 juta dari bisnis artefak kuno berumur 8 ribu tahun. Barang-barang antik kuno itu salah satunya dicuri dari pegunungan Qalamoun barat, Damaskus.
Perkiraan dana ajaib ISIS hingga Rp17,6 triliun dari investigasi Independent. Dana ajaib ISIS itu antara lain berasal dari tebusan para sandera yang diculik, penjarahan bank-bank di Irak, hingga penjualan minyak dalam jumlah besar. (Baca: Algojo ISIS Pemenggal Foley Minta Rp1,5 Triliun)
Al-Qada Kalah Jauh
New York Times pernah melansir laporan investigasi, soal perkiraan dana kelompok al-Qaeda yang didirikan Osaman bin Laden. Hasil investigasiitu menyebut, dana yang diperoleh al-Qaeda hingga US$ 125 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Itu pun data tahun 2008.
Dana al-Qaeda diketahui bersumber dari perdagangan sandera dari Afrika, Timur Tengah hingga Asia. Setengah lebih dari total dana al-Qaeda, diperoleh dari tebusan sandera yang dibayar pemerintah Eropa.
Austria, Prancis, Jerman, Italia dan Swiss kompak menyangkal melakukan pembayaran uang tebusan ke al-Qaeda untuk pembebasan sandera warga masing-masing negara itu. Namun, bantahan itu dimentahkan oleh temuan dokumen seorang wartawan di Mali tahun ini. (Baca: PM Inggris: Jangan Bayar Uang Tebusan ke ISIS!)
Dokumen itu mengungkap, bahwa dalam dekade terakhir nilai rata-rata sandera telah meningkat dari US$200 ribu sampai US$10 juta. Dalam dokumen itu juga terungkap, asal dana tebusan itu berasal dari dana negara masing-masing.
Kembali ke ISIS, dana dari penculikan juga menjadi mesin uang terbesar kelompok itu, selain dari penjualan minyak.
Minyak dan Donatur Asing
Luay al-Khatteeb, pejabat di Keamanan Inisiatif Energi yang dijalankan oleh Brookings Doha Centre, menggambarkan ISIS sebagai "kelompok teroris terkaya di dunia".
Dia berpendapat, kelompok yang kini berganti nama menjadi Negara Islam (IS) itu merupakan kelompok terekstrem. Alasannya, kelompok itu telah menciptakan ekonomi pasar gelap yang canggih di wilayah Suriah dan Irak.
Menurut Independent, Kamis (4/9/2014), donor dari asing senilai beberapa ratus dolar juga mengalir. Metode penggalangannya melalui media sosial. Donaturnya, perorangan asal Kuwait, dan diduga dari Arab Saudi.
Sekarang, ISIS mampu menghasilkan uang dalam jumlah fantastis, karena menguasai 60 persen dari aset minyak Suriah dan tujuh fasilitas produksi minyak di Irak. (Baca juga: ISIS Kuasai Kilang Minyak, Irak Terancam Krisis)
Minyak-minyak itu diperdagangkan dengan jaringan perantara dan geng-geng kriminal. Setiap harinya, dihasilan US$2 juta. Setiap hari pula, kelompok ini menjual sekitar 30 ribu barel ke negara-negara tetangga termasuk Yordania, Kurdistan dan Turki—tentunya melalui perantara ilegal.
Minyak juga menjadi komoditas utama kelompok ISIS dalam menghasilkan uang, karena nyaris setiap industri di negara-negara Timur Tengah mengandalkan minyak.
Rampok Bank
Sedangkan dana dari hasil merampok atau menjarah bank-bank di Mosul, setelah mereka menguasai kota di Irak utara tersebut juga tak bisa diremehkan.
Bank sentral di Mosul, pernah melaporkan bahwa dana lebih dari US$400 juta dibawa kabur kelompok itu, meskipun para pejabat Irak sempat meragukannya.
Sumber dana ajaib ISIS lainnya berasal dari pemanfaatan barang-barang antik di situs-situs kuno di Irak dan Suriah. Seorang pakar intelijen baru-baru ini mengklaim bahwa mereka telah mengumpulkan US$36 juta dari bisnis artefak kuno berumur 8 ribu tahun. Barang-barang antik kuno itu salah satunya dicuri dari pegunungan Qalamoun barat, Damaskus.
No comments:
Post a Comment